MUI Jakarta Gelar Workshop Pembekalan Dai Milenial di Era Digital
MUI Jakarta Gelar Workshop Pembekalan Dai Milenial di Era Digital
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Jakarta (MUI Jakarta), KH Muhammad Faiz Syukron atau Gus Faiz, memberikan Pidato Kunci di Workshop Pembekalan Dai Milenial di Era Dakwah, di Hotel Acacia Jakarta, Selasa, (3/9/10).

Jakarta, MERDEKANEWS -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Jakarta (MUI Jakarta), KH Muhammad Faiz Syukron atau Gus Faiz, menyebut, teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Teknologi yang dulu modern sudah tidak canggih lagi di era sekarang. Misalnya, anjungan tunai mandiri (ATM) adalah sesuatu yang luar biasa, namun saat ini banyak orang sudah tidak memakainya lagi dan beralih menggunakan dompet digital.

“Dalam dakwah kita juga harus cerdas membaca perubahan zaman,” kata Gus Faiz saat memberikan Pidato Kunci di Workshop Pembekalan Dai Milenial di Era Dakwah, di Hotel Acacia Jakarta, Selasa, (3/9/10).

Ia bercerita, ada koleganya yang siap menyumbang pembangunan gedung pesantrennya. Namun Gus Faiz menyebut bahwa pihaknya sedang membutuhkan banyak IPad dan televisi layar lebar untuk media pembelajaran bagi santrinya. Ia bahkan membolehkan santrinya bermain game yang berbahasa Arab. Dengan demikian, santri menjadi lebih mudah mempelajari kosakata-kosakata baru dalam bahasa Arab, terutama yang berkaitan dengan game yang dimainkan.

“Saya membiasakan anak santri melihat Fathul Mu’in di layar lebar,” ucapnya.

Ia sadar, umat atau santri sekarang punya karakteristik yang berbeda dengan zaman dulu. Dulu, mereka bisa menerima ceramah tentang satu materi yang disampaikan ustadz atau kiai dalam waktu yang lama secara monolog. Namun sekarang, metode seperti itu sulit diterima. Karena itu, Gus Faiz membuat materi pembelajaran berisi video-video pendek dan instrumen yang emosional ketika mengajarkan satu materi.

“Kita membuat narasi video tentang orang-orang yang kurang beruntung dan difabel dengan instrumen musik. Itu mampu menguras emosi mereka. Anak-anak lebih mendengar itu dari pada saya ngaji hikam,” katanya. Usai melihat video itu, Gus Faiz baru menjelaskan intisari dari ayat bersyukur ‘Lainsyakartum.’

Gus Faiz juga mengajak anak santri ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), bukan ke Makam Walisongo sebagai umumnya yang dilakukan pesantren. Hal itu dimaksudkan agar anak santrinya mengetahui keragaman dan adat-budaya Indonesia sehingga mereka punya kesadaran bahwa negari ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

Ia berharap, Komisi Dakwah MUI Jakarta menumbuhkan kembangkan aspek digital dan membuat program-program yang bisa membuka wawasan dan keilmuan umat.

Ketua Bidang Dakwah MUI Provinsi Daerah Khusus Jakarta, KH Misbahul Munir, menyebut, tema workshop ini sangat relevan, mengingat teknologi semakin berkembang dan maju. Ia mengungkapkan, baru-baru ini fotonya dan seorang perempuan berpelukan padahal ia tidak melakukan itu. Ternyata, foto itu adalah hasil rekayasa teknologi Artificial Intelligence (AI).

“Kemajuan teknologi itu membawa peluang dan juga tantangan,” katanya.

Peluang dan Tantangan Dakwah di Era Digital

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Ahmad Zubaidi, mengatakan, penyampaian dakwah harus disertai dengan inovasi-inovasi agar umat tetap tertarik. Ia berharap, para dai perlu menyasar Generasi Milenial dan Generasi Z karena mereka juga membutuhkan sentuhan keagamaan.

“Mereka suka dengan pesan singkat dan visual, relevan dengan tren terkini, dan video pendek,” ujarnya.

Menurutnya, video keagamaan yang sepotong-sepotong dan pendek di media sosial menimbulkan banyak masalah, di antaranya ketidakvaliditas keilmuan, disorientasi agama, dan lainnya. Oleh karenanya, ia berharap para dai bisa mewarnai dakwah di dunia digital agar umat mendapatkan pemahaman keagamaan yang benar dan shahih.

Ia mendorong para dai perlu untuk merespons keadaandan tren yang berkembang sehingga dakwahnya memiliki dampak yang semakin besar. “Ini kembali kepada kreativitas dai masing-masing,” katanya.

Narasumber lainnya, Muhammad Reza, Komisi Penyiaran Indonesia, menjelaskan, saat ini KPI mengawasi siaran televisi dan radio. Melalui Revisi UU Pernyiaran, ia berharap, KPI bisa juga mengawasi konten-konten di media sosial sehingga umat bisa terlindungi dari konten yang tidak baik.

Ia mengatakan, KPI akan menegur dan bahkan menjatuhkan sanksi lisan dan administratif terhadap program-program yang tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Misalnya program dai salah menafsirkan, program yang kebanci-bancian, dan lainnya.

“Ada program religi yang diadukan dan dilaporkan,” ungkapnya. Meski demikian, program religi mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, terutama saat bulan Ramadan.

Dia menyebut, pihaknya punya buku pedoman yang mengatur mana saja konten yang bisa disiarkan dan mana yang tidak. Sehingga setiap lembaga penyiaran harus memperhatikan dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada.

Edi Kurniawan, Komisaris PT Telkom, menyebut, pada 2024pengguna Internet di Indonesia adalah 212,9 juta (77% dari total populasi) dan pengguna media sosial aktif: 167 juta (60,4% dari total populasi). Adapun waktu rata-rata setiap hari dalam penggunaan internet adalah 7 jam 38 menit.

“Mereka menggunakan internet untuk menemukan informasi (83,1%), berhubungan dengan teman dan keluarga (70,9%), menemukan ide-ide baru dan inspirasi (70,6%) dan lainnya,” jelasnya.

Ia lalu menjelaskan beberapa tantangan dakwah di era digital, di antaranya adalah penyebaran nilai-nilai universal seperti LGBT, hoaks, radikalisme, dan lainnya.

Ia mendorong pembentukan tim yang bisa membuat konten dakwah dengan narasi moderat dan rahmatan lil alamin. Menurutnya, video ceramah kiai yang panjang bisa dipotong-potong sedmikian rupa dan diberi instrumen musik yang mendukung sehingga menjadi konten yang menarik.

(Deka)
LPBKI-MUI Gelar Silatnas dan Workshop Pengembangan Literasi Islam dan Kepahlawanan Pejuangan Bangsa
LPBKI-MUI Gelar Silatnas dan Workshop Pengembangan Literasi Islam dan Kepahlawanan Pejuangan Bangsa
Pengembangan Islam Wasathiyah,  LPBKI-MUI Selenggarakan Silatnas IV
Pengembangan Islam Wasathiyah, LPBKI-MUI Selenggarakan Silatnas IV
Sertifikasi Halal, Strategi Cerdik Dalam Membangun UMKM DKI Jakarta
Sertifikasi Halal, Strategi Cerdik Dalam Membangun UMKM DKI Jakarta
MUI DKI Jakarta, Kembali Menggelar Jifest ke 2 di Setu Babakan Betawi
MUI DKI Jakarta, Kembali Menggelar Jifest ke 2 di Setu Babakan Betawi