Ekonomi era Jokowi Sulit Bergerak, Ini Penyebabnya
Ekonomi era Jokowi Sulit Bergerak, Ini Penyebabnya
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal

Jakarta, MERDEKANEWS - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 masuk masa sulit. Lantaran defisit neraca perdagangan 3 bulan terakhir.

"Net ekspor yang jadi pendorong pertumbuhan ekonomi selama 2017 dengan pertumbuhan 21 persen, berpotensi memberikan sumbangan negatif pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini," kata Faisal melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (25/3/2018). Artinya, upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun ini menjadi semakin sukar, katanya menambahkan.

Menurut dia, defisit perdagangan selama tiga bulan berturut-turut ini adalah yang pertama kali terjadi sejak tahun 2014, dengan angka defisit pada bulan Februari sebesar Rp1,6 triliun, sehingga total nilai defisit tiga bulan terakhir sejak Desember 2017 menjadi Rp15,1 triliun.

CORE pun berpendapat hal itu patut menjadi perhatian serius pemerintah, karena salah satu dampaknya adalah sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2018. Selain itu, pemerintah perlu memahami bahwa defisit perdagangan juga akan semakin mendorong pelebaran defisit transaksi berjalan (current account deficit).

Menurut Faisal, hal itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong pelemahan nilai tukar rupiah, selain faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, the Fed.

Sehubungan dengan hal itu, Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers mengatakan bahwa defisit neraca perdagangan pada Februari 2018 tersebut dipicu oleh defisit sektor migas sekitar Rp12 triliun, sementara sektor perdagangan nonmigas surplus sebesar Rp10,3 triliun. "Defisit selama tiga bulan berturut-turut, ini harus menjadi perhatian kita. Ini tentunya menjadi peringatan buat kita semua, Januari-Februari 2018, defisit sebesar Rp12 triliun," kata Suhariyanto di Jakarta.

Tercatat pada Januari 2018, neraca perdagangan mengalami defisit sebesar Rp10,4 triliun, atau lebih tinggi dari Februari 2018. Diharapkan pada bulan berikutnya neraca perdagangan Indonesia bisa kembali mengantongi surplus. Dari sisi perdagangan, neraca perdagangan mengantongi surplus 32,12 juta ton, yang didorong surplus neraca nonmigas sebesar 32,57 juta ton dan neraca perdagangan migas defisit 0,46 juta ton.

 

(Setyaki Purnomo)
Ali Muhtarom Jadi Tersangka Suap, Tom Lembong Diprediksi Tetap Divonis Bersalah: karena Sudah Dikondisikan!
Ali Muhtarom Jadi Tersangka Suap, Tom Lembong Diprediksi Tetap Divonis Bersalah: karena Sudah Dikondisikan!
Nah Lho, Hakim Perkaranya Jadi Tersangka Suap, Tom Lembong: Sejak Awal Kasus Impor Gula Saya Serahkan ke Tuhan
Nah Lho, Hakim Perkaranya Jadi Tersangka Suap, Tom Lembong: Sejak Awal Kasus Impor Gula Saya Serahkan ke Tuhan
Kesuksesan UMKM Unici Songket Silungkang, Upaya BRI Dorong Produk Warisan Budaya Tembus Pasar Internasional
Kesuksesan UMKM Unici Songket Silungkang, Upaya BRI Dorong Produk Warisan Budaya Tembus Pasar Internasional
Perkuat Ekonomi Kerakyatan di Tingkat Desa, Mendes Yandri Gandeng PBNU
Perkuat Ekonomi Kerakyatan di Tingkat Desa, Mendes Yandri Gandeng PBNU
Ada 9 Tersangka Baru Kasus Impor Gula Kemendag 2015-2016, Siapa Saja?
Ada 9 Tersangka Baru Kasus Impor Gula Kemendag 2015-2016, Siapa Saja?