Seperti Selesai di Tangan Jokowi, Keakraban Moeldoko dan AHY Hanya Sebatas Seremoni
Seperti Selesai di Tangan Jokowi, Keakraban Moeldoko dan AHY Hanya Sebatas Seremoni
Menteri ATR/BPN, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Kepala Staf Kepresiden (KSP), Moeldoko (Foto: Instagram Jokowi)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam meyakini bahwa keakraban Menteri ATR/BPN, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko di Istana Negara pada Senin kemarin ( 26/2) hanya sebatas seremoni.

Menurut Saiful, keakraban AHY yang juga merupakan Ketua Umum (Ketum) Demokrat dengan Moeldoko di sidang Kabinet menandakan dipertemukan karena jabatan masing-masing.

“Moeldoko dan AHY seperti selesai di tangan Jokowi dengan jabatan yang disandangnya, yakni sama-sama sebagai pembantu presiden. Saya kira keakraban AHY dan Moeldoko hanya sebatas seremoni saja, karena Demokrat tentu tidak akan mudah melupakan peristiwa kudeta Demorat di masa yang silam,” kata Saiful dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/2).

Mengingat, Demokrat sudah berdarah-darah untuk mempertahankan partai dari ancaman pengambilalihan secara paksa oleh Moeldoko. Dan hari ini, tanpa diambilalihpun Demokrat pada akhirnya tunduk kepada kekuasaan menjadi dengan bagian dari kekuasaan saat ini.

"Meski saya kira dalam politik tidak ada lawan abadi, maka bisa jadi AHY dan Demokrat telah mengubur jauh-jauh peristiwa kudeta yang coba dilakukan oleh Moeldoko saat itu. Namun publik dapat melihat keakraban Moeldoko dan AHY dalam rapat kabinet seperti api dalam sekam, di permukaan kelihatannya akrab, tapi dalam hati tetap bergejolak,'' terang Saiful.

Saiful mengatakan, fenomena kudeta partai politik akan terus memikat parpol di Indonesia. Peristiwa tersebut tidak akan terlupakan, apalagi seperti yang terjadi di dalam tubuh Partai Demokrat, di mana orang luar partai yang mencoba mengambil alih partai.

“Manuver kudeta Demokrat tentu menguntungkan partai, karena publik melihat dengan adanya isu tersebut Demokrat dipandang sebagai bagian dari partai yang dizalimi waktu itu, meskipun pada akhirnya harus tunduk dan patuh pada pemerintah,” kata mahasiswa Universitas Sahid Jakarta ini,.

“Tentu hal tersebut sah-sah saja, karena tentu perjalanan politik selalu dinamis sesuai dengan perkembangan dan situasi politik yang ada. Namun tentu masyarakat dapat menilai konsistensi parpol dalam menghadapi dinamika politik yang terus berkembang,” tutupnya.

(Viozzy)
Pemberian Penghargaan Prestasi Pemda berdasarkan Hasil Penilaian LPPD
Pemberian Penghargaan Prestasi Pemda berdasarkan Hasil Penilaian LPPD
Anggota KPU: Tidak Ada Lembaga Peradilan yang Bisa Batalkan Penetapan Prabowo Subianto-Gibran
Anggota KPU: Tidak Ada Lembaga Peradilan yang Bisa Batalkan Penetapan Prabowo Subianto-Gibran
Punya Prestasi Mentereng Pimpin Daerah, Besok Jokowi Anugerahkan Gibran dan Bobby Penghargaan Satyalancana
Punya Prestasi Mentereng Pimpin Daerah, Besok Jokowi Anugerahkan Gibran dan Bobby Penghargaan Satyalancana
Jokowi Bentuk Satgas Swasembada Gula dan Bioetanol di Merauke
Jokowi Bentuk Satgas Swasembada Gula dan Bioetanol di Merauke
Sah! KPU Tetapkan Pasangan Prabowo-Gibran sebagai Capres Terpilih Pilpres 2024
Sah! KPU Tetapkan Pasangan Prabowo-Gibran sebagai Capres Terpilih Pilpres 2024