
Jakarta, MERDEKANEWS - Tiga tahun pemerintahan Joko Widodo, tak hanya pertumbuhan ekonomi yang kontet di level 5%, daya beli masyarakat pun ikutan rontok. Tahun ini, mudah-mudahan ada perbaikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, tingkat konsumsi rumah tangga berada di level 4,95% di 2017. Angka ini melambat jika dibandingkan dengan 2016 yang tumbuh 5,01%.
Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, mengungkapkan, lambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat lebih disebabkan iritnya pengeluaran yang terjadi di kelompok menengah-atas. Alhasil menggerus konsumsi masyarakat ke level 4,95%. "Bisa enggak mencapai di atas 5% (konsumsi masyarakat) lagi, menurut saya bisa. Sejak triwulan II tahun ini, persentase pendapatan yang ditabung meningkat, artinya kelempok menengah ke atas menahan sebagian belanja. Karena itu pendapatan yang di konsumsi menjadi turun," papar Kecuk di Kantornya, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Melambatnya konsumsi rumah tangga juga terjadi di kuartal IV-2017 yang berada di level 4,97% ketimbang kuartal IV- 2016 yang sebesar 4,99%. "Kalau dibanding triwulan III-2017 lebih tinggi, tapi dibanding triwulan IV-2016 4,99% memang sedikit terlambat di sana. Semuanya tumbuh tapi ada yang tumbuh tinggi dan ada yang tumbuh lambat," kata Kecuk.
Kecuk bilang, untuk sektor makanan dan minuman (mamin) terjadi perlambatan konsumsi sebesar 5,24% dibanding 2016 yang sebesar 5,34%. Lalu komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 3,10% atau melambat dibandingkan 2016 yang sebesar 3,29%.
Tak hanya itu, komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga juga sami mawon data BPS terlihat secara kumulatif sektor ini hanya mampu tumbuh 4,26%, melambat dibanding pertumbuhan 2016 yang sebesar 4,60%. Pertumbuhan konsumsi di komponen transportasi dan komunikasi juga melambat dari 5,32% pada 2016 menjadi 5,30% pada 2017.
Namun untuk sektor restoran dan hotel konsumsinya mengalami kenaikan ke level 5,53% pada 2017 dibandingkan 2016 yang sebesar 5,40%. Untuk sektor kesehatan dan pendidikan bertumbuh 5,59%, lebih tinggi ketimbang 2016 sebesar 5,34%. "Kita berharap konsumsi rumah tangga makin bagus, syaratnya daya beli harus terjaga. Dan supaya daya beli terjaga tingkat inflasi harus terkendali," kata Kecuk.
Konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang paling tinggi dalam struktur pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 56,13%, disusul oleh PMTB atau investasi sebesar 32,16%, lalu ekspor sebesar 20,37%. Asal tahu saja, ekonomi Indonesia sepanjang 2017 hanya mampu tumbuh sebesar 5,07%. Capaian ini lebih rendah dari target APBN-P 2017 yang ditetapkan 5,2%.
(Setyaki Purnomo)