OJK tak Yakin Perbankan Ikuti Keputusan BI Naikkan Suku Bunga Acuan
OJK tak Yakin Perbankan Ikuti Keputusan BI Naikkan Suku Bunga Acuan
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso

Jakarta, MERDEKANEWS - Pelemahan nilai tukar rupiah hingga di bawah batas psikologis Rp14 ribu per US$, mendorong Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan. Kebijakan ini berdampak langsung kepada naiknya suku bunga bank?

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso tegas membantahnya. Industri perbankan tidak akan serta merta ikut menaikkan suku bunga dana maupun kredit, meski BI jadi menaikkan suku bunga acuan yakni 7-Day Reverse Repo Rate pada Mei ini.

Dia mengatakan, likuiditas perbankan hingga 9 Mei 2018, masih sangat memadai. Ketika terjadi kelebihan suplai dana, perbankan dijamin tidak akan mengerek suku bunganya. "Kita lihat perbankan ini likuiditasnya masih memadai. Jadi tidak serta merta mesti direspon kenaikan suku bunga deposito," ujar Wimboh.

Jika merujuk data OJK hingga Maret 2018, indikator likuiditas perbankan, yakni dana pihak ketiga (DPK) justru tumbuh melambat. Di mana, DPK per Maret 2018 tumbuh 7,66% (yoy). Melambat ketimbang Februari 2018 yang mencapai 8,22% (yoy). Sedangkan pertumbuhan kredit melesat sebesar 8,54% (yoy) pada Maret 2018, sementara Februari 2018 tumbuh 8,2% (yoy).

Wimboh berkali-kali menegaskan, likuiditas perbankan saat ini, tergolong masih longgar. Bahkan, boleh dibilang mencukupi untuk mencapai target pertumbuhan kredit 2018 sebesar 12,22%. Rata-rata suku bunga kredit perbankan hingga Maret 2018, sebesar 11,18%, menurut analisis Uang Beredar BI. Sedangkan suku bunga simpanan perbankan dengan tenor 3,6,12 bulan, masing-masing sebesar 5,88%; 6,29%; dan 6,46%.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo memberikan sinyal penaikan suku bunga acuan (7-Day Reverse Repo Rate) pada bulan ini. Menyusul anjloknya rupiah yang melewati batas fundamentalnya. Selama 1-9 Mei 2018, Rupiah melemah 1,2% (month to date). Namun depresiasi itu lebih baik ketimbang Thai Bath 1,76% (mtd), dan Turkish Lira 5,27% (mtd).

Sejak 1 Januari 2018 hingga 9 Mei 218, rupiah melemah 3,67% (year to date/ytd). Pelemahan itu juga lebih baik dibandingkan Pilipina peso sebesar 4,04% (ytd), India Rupee 5,6% (ytd), Brazil Real 7,9% (ytd), Russian Rubel 8,84% (ytd), dan Turkish Lira 11,42% (ytd).

 

(Hasan Khusaeri)
CBC Dorong Bank Perkuat  Perlindungan Data Pribadi Nasabah
CBC Dorong Bank Perkuat Perlindungan Data Pribadi Nasabah
Sekjen Kemendagri Minta BPD Perkuat Layanan Perbankan di Daerah
Sekjen Kemendagri Minta BPD Perkuat Layanan Perbankan di Daerah
Melesat, Volume Transaksi Cash Management di QLola by BRI Tumbuh 33,9 persen Capai Rp6.788 Triliun
Melesat, Volume Transaksi Cash Management di QLola by BRI Tumbuh 33,9 persen Capai Rp6.788 Triliun
Gandeng BI, Kemenag Promosikan Peran Zakat dan Wakaf Dalam Inklusi Keuangan Syariah
Gandeng BI, Kemenag Promosikan Peran Zakat dan Wakaf Dalam Inklusi Keuangan Syariah
12 Triliun Siap Mengucur, Program Transisi Energi PLN Diminati Perbankan Nasional
12 Triliun Siap Mengucur, Program Transisi Energi PLN Diminati Perbankan Nasional