
Jakarta, MERDEKANEWS -- Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang signifikan yakni rendahnya asupan protein hewani di kalangan anak-anak. Berdasarkan data, lebih dari 80 persen anak dan remaja Indonesia mengalami defisit protein hewani.
Oleh karena itu, diperlukan inisiasi gerakan edukasi sejak dini yang melibatkan anak, orang tua dan guru di sekolah guna mengingat pentingnya konsumsi protein hewani untuk tumbuh kembang dan mendukung aktivitas sehari-hari anak. Kegiatan edukasi ini perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Memahmi kondisi ini, So Nice, salah satu brand dari Japfa Food, entitas bisnis hilir dari JAPFA, perusahaan agri-food penyedia protein hewani berkualitas dan terjangkau, menggelar program Zona Main So Nice-Jagoannya Jajanan Protein di 380 Sekolah di Jawa dan Bali.
Program ini diselenggarakan sebagai wujud komitmen Japfa Food untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengonsumsi protein hewani bagi anak-anak melalui jajanan berprotein hewani. Program ini akan digelar di semester 1 tahun 2025.
Prof Epi Taufik, Tim Dewan Pakar Badan Gizi Nasional mengungkapkan bahwa Protein hewani berperan penting dalam menjaga fungsi kekebalan tubuh, struktur sel dan proses tumbuh kembang anak. Kekurangan protein hewani dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan (stunting), lemahnya sistem imun, dan rendahnya konsentrasi belajar.
“Edukasi tentang pentingnya protein hewani dapat membantu mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas kesehatan anak. Orang tua dan guru mesti bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung konsumsi makanan sehat di rumah dan sekolah. Termasuk di dalamnya mengenai pemilihan makanan dan jajanan yang mengandung protein hewani,” kata Prof Epi Taufik saat press conference mengenai program So Nice tersebut, di Amanaia Resto Satrio, Jakarta Selatan, Jumat (31/1/2025).
Sedang Pritha, Chief Marketing Officer PT So Good Food (So Nice) mengungkapkan bahwa pihaknya menyadari saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi, khususnya kekurangan asupan protein hewani pada anak-anak, dimana salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
"Untuk itu, tahun ini kami menghadirkan “Zona Main So Nice-Jagonya Jajanan Protein” yang mengedukasi anak-anak dengan cara seru, sehingga dapat dipahami dengan baik oleh anak-anak," katanya.
"Secara holistik fun education ini akan melibatkan guru dan orang tua, sehingga tidak hanya anak yang mengerti tentang pentingnya protein hewani namun juga didukung oleh orang tua dan gurunya,” tambah Pritha.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga memahami bahwa edukasi untuk anak usia Sekolah Dasar memerlukan cara penyampaian yang menarik. Untuk itu, melalui program ini So Nice menciptakan berbagai permainan seru yang dapat dimainkan oleh banyak siswa seperti permainan ular tangga.
"Melalui program ini, anak-anak akan diajak belajar dan bermain sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diingat dengan baik," ungkap Pritha.
Selain mengedukasi mengenai pentingnya protein hewani, permainan ini juga dapat melatih kerjasama, komunikasi, fair play, dan solidaritas. Permainan ini kami berikan untuk sekolah sehingga masih dapat terus dimanfaatkan untuk anak-anak bermain bersama.
"Kami ingin menghadirkan perubahan nyata dalam pola makan anak-anak Indonesia dengan menyediakan pilihan jajanan yang mengandung protein hewani, juga kebiasaan hidup sehat dengan mengonsumsi protein hewani setiap hari," ujar Pritha.
"So Nice, salah satu produk makanan berprotein hewani yang praktis untuk dikonsumsi anak-anak, diproduksi dengan teknologi modern dan memenuhi standar keamanan pangan, dapat dijadikan opsi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani,” tambahnya.
Hal senada juga disampaikan Arief Tirtana, Guru yang juga seorang Content Creator. Menurutnya, di era sekarang, menyampaikan edukasi kepada anak memerlukan pendekatan yang lebih kreatif dan menantang.
"Mereka tidak hanya butuh informasi, tetapi juga pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan. Ketika belajar menjadi sebuah petualangan yang seru, mereka akan lebih mudah mengingat dan memahami," katanya.
"Sebagai pendidik, kita harus bisa beradaptasi dengan dunia mereka, menciptakan interaksi yang penuh warna, dan menjadikan setiap pelajaran tidak hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sebuah kesenangan yang tak terlupakan,” tambah Arief.