Jakarta, MERDEKANEWS - Kementerian Perdagangan optimis bisa menggenjot ekspor pada Maret 2018 sebesar 10,2%. Atau menjadi US$15,6 miliar. Termasuk target ekspor nonmigas sebesar 11% adalah perkara mudah.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, mengatakan, kenaikan nilai ekspor pada Maret 2018, didorong peningkatan ekspor nonmigas sebesar 11,7% menjadi US$14,2 miliar. Beda nasib dengan ekspor migas yang longsor 3,8% menjadi US$1,3 miliar. "Meningkatnya ekspor Maret, memperkuat optimisme tercapainya target ekspor 2018," kata Enggar, sapaan akrab menteri perdagangan kepada media di Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Enggar menambahkan, melalui capaian ekspor Maret 2018, maka secara kumulatif total ekspor selama triwulan I-2018 mencapai US$44,3 miliar. Nilai tersebut meningkat 8,8% dibanding triwulan I-2017.
Peningkatan ekspor selama triwulan I-2018. didukung kenaikan ekspor nonmigas 9,5% menjadi US$40,2 miliar dan kenaikan ekspor migas 1,8% menjadi US$4,1 miliar. Ekspor bulanan selama triwulan I-2018, memperlihatkan kinerja yang membaik dibanding tahun sebelumnya.
Ekspor nonmigas ke beberapa negara yang meningkat signifikan selama periode tersebut, antara lain ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar 35,1%, Jepang 19,8%, Hongkong 17,8%, Persatuan Emirat Arab 16,7%, dan Thailand 15,5%.
Komoditas yang nilai ekspornya naik tinggi antara lain bijih, kerak, dan abu logam sebesar 891,1%, bubur kayu pulp naik 42,9%, perhiasan permata naik 38,0%, bahan bakar mineral 25,7%, ikan dan udang naik 22,8%, dan kertas/karton naik 22,2%.
Peningkatan ekspor yang relatif signifikan tersebut menunjukkan semakin membaiknya permintaan terhadap produk ekspor Indonesia di pasar dunia.
Sementara, neraca perdagangan Maret 2018, mengalami surplus sebesar US$1,1 miliar. Surplus perdagangan ini terjadi setelah neraca perdagangan dua bulan sebelumnya mengalami defisit. Surplus perdagangan Maret 2018, didukung neraca perdagangan nonmigas yang surplus US$2,0 miliar.
Sementara itu, neraca perdagangan migas defisit sebesar US$0,9 miliar. Selain itu, surplus perdagangan Maret 2018 disebabkan impor yang tumbuh lebih rendah ketimbang pertumbuhan ekspor dibanding bulan sebelumnya.
(Hasan Sumantri)