Jakarta, MERDEKANEWS - Perombakan direksi PT Pertamina (Persero) dipertanyakan. Lantaran, Elia Massa Manik, dirut Pertamina yang dicopot, punya prestasi kinclong di sektor migas. Ada apa dibaliknya?
Wakil Ketua Komisi VI DPR, Inas Nasrullah Zubir, menduga, pencopotan itu atas dasar like or dislike alias suka atau dan tidak suka Menteri Rini kepada Direksi BUMN migas itu.
Di baliknya, Inas menduga ada peran Ari Hermanto Soemarno, kakak sang menteri. Kebetulan, Ari pernah menjabat direktur utama Pertamina, disebut-sebut kurang hepi dengan kepemimpinan Elia Massa. "Ari Soemarno merupakan orang yang berada di balik proyek Banten Terminal Regasifikasi yang digagas Tokyo Gas, Mitsui dan Bumi Sarana Migas," ujar Inas kepada wartawan di Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Dia menjelaskan, proyek tersebut dibangun sebelum kepemimpinan Elia Massa yakni 2016. Belakangan, Elia Massa mengganggap proyek tersebut hanya sia-sia. Sehingga, tak serius untuk garap proyek Banten.
Alhasil, hingga saat ini proyek tersebut masih molor. Terminal ini diperkirakan selesai pada 2019, bakal molor hingga 2020. Proyek inilah, kata Inas, yang diduga kuat memiliki benang merah dengan pencopotan Elia Massa. "Bukan karena BBM langka ataupun tumpahan minyak di Balikpapan penyebab sebenarnya Elia Massa dicopot," pungkasnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN mencopot Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik. Pencopotan itu dikaitkan dengan adanya kelangkaan Premium di Jawa, Madura dan Bali. Padahal, dalam Perpres Nomor 191 Tahun 2014, Pertamina tak diwajibkan jual BBM Premium di Jawa Madura dan Bali.
Saat ini, pemerintah tengah merevisi aturan tersebut. Dalam revisinya, Pertamina diwajibkan menjual BBM Premium di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Madura dan Bali. [ipe]