
Jakarta, MerdekaNews - Utang luar negeri (ULN) Indonesia di kuartal III-2017 naik 4,5% (year on year/yoy) dibandingkan periode sama 2016. Total jenderal US$343,1 miliar, atau setara Rp4.563,23 triliun (kurs Rp13.300/US$). Makin mendekati Rp5 ribu triliun.
Berdasarkan catatan Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (BI), Jakarta, Jumat (17/11/2017), pertumbuhan utang luar negeri lantaran derasnya pertumbuhan utang publik atau utang pemerintah dan bank sentral, sebesar 8,5%.
Sementara, utang swasta meningkat sebesar 0,6% (yoy) dengan penarik utang terbesar adalah sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih (LGA), dan pertambangan dengan porsi 77%.
Kenaikan utang luar negeri 4,5% menjadi US$343,1 miliar itu, terbagi atas utang publik sebesar US$175,9 miliar dan utang swasta sebesar US$167,2 miliar. "Pertumbuhan ULN ini juga sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur," tulis BI.
Berdasarkan jangka waktu, BI mencatat, utang luar negeri berjangka panjang adalah yang terbesar. Porsinya mencapai 86,2% dari total ULN dan pada akhir triwulan III 2017 yang tumbuh 3,4% (yoy). Angka itu menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,5% (yoy).
Adapun ULN berjangka pendek, bertumbuh 11,6% (yoy) menjadi 44, atau lebih tinggi ketimbang akhir triwulan tahun sebelumnya sebesar 10,5%.
Bank sentral memandang, pergerakkan ULN di triwulan III 2017, masih terjaga. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di akhir kuartal III-2017 mencapai 34%. Rasio itu menurun jika dibandingkan dengan triwulan III-2016 yang mencapai 36%. Selain itu, rasio utang jangka pendek terhadap total ULN juga relatif stabil di kisaran 13%. "Kedua rasio ULN tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara dengan kekuatan ekonomi yang sama (peers)," tulis BI.
(Setyaki Purnomo)