Hari Bumi 2024 Bertema Planet vs Plastik: Akhiri Penggunaan Plastik Demi Kesehatan Manusia dan Bumi
Hari Bumi 2024 Bertema Planet vs Plastik: Akhiri Penggunaan Plastik Demi Kesehatan Manusia dan Bumi
Hari Bumi 2024. (Foto: istimewa)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Tiap tanggal 22 April, masyarakat seluruh dunia memperingati Hari Bumi atau Earth Day. Hari Bumi merupakan pengingat akan pentingnya pelestarian dan keberlanjutan lingkungan.

Hari Bumi diperingati setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran akan krisis iklim. Peringatan ini juga mendorong setiap individu mengambil tindakan untuk planet yang lebih sehat dan melakukan perubahan perilaku untuk melindungi lingkungan.

Pada tahun ini, Hari Bumi 2024 mengambil tema "Planet vs Plastic" atau "Planet vs Plastik" yang merupakan sebuah kampanye untuk mengakhiri penggunaan plastik demi kesehatan manusia dan bumi, dengan ajakan kepada semua pihak untuk mengurangi 60 persen produksi seluruh jenis plastik pada 2040 mendatang.

Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan meningkatkan kewaspadaan publik terhadap kerusakan yang disebabkan plastik kepada manusia, hewan, dan kesehatan seluruh biodiversitas dan menuntut dilakukannya lebih banyak penelitian dan publikasinya terhadap publik mengenai implikasi kesehatannya, termasuk dampaknya terhadap kesehatan.

Kemudian, meniadakan penggunaan plastik sekali pakai pada 2030, serta mencapai komitmen peniadaan bertahap ini yang sesuai dengan Perjanjian PBB tentang Polusi Plastik pada tahun 2024.

Menuntut kebijakan untuk mengakhiri tren berbagai model fesyen yang silih berganti dalam waktu singkat atau fast fashion yang mengakibatkan banyaknya jumlah plastik yang diproduksi dan digunakan, serta berinvestasi dalam teknologi inovatif untuk menciptakan dunia tanpa plastik.

Sejarah Hari Bumi
Minyak yang tumpah pada 1969 silam di sebuah pengeboran minyak di Santa Barbara, California, Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu peristiwa lingkungan terburuk di dekade tersebut.

Lebih dari 11 juta liter minyak yang tumpah di perairan tersebut menyebabkan kematian pada lebih dari 10.000 burung laut, serta mamalia laut seperti lumba-lumba, anjing laut, dan singa laut.

Adanya peristiwa itu mengilhami seorang aktivis perdamaian bernama John McConnell dalam sebuah konferensi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) untuk mengusulkan adanya sebuah hari khusus untuk memperingati bumi, yang awalnya diperingati pada 21 Maret 1970, dan telah disetujui oleh Sekretaris Jenderal PBB pada waktu itu, U Thant.

Sebulan berselang, Senator AS Gaylord Nelson bergerak bersama para aktivis dalam menciptakan kegiatan yang dinamakan sebagai "Earth Day" atau Hari Bumi. Ia yang juga merupakan pengajar dan pemerhati lingkungan mengajak Denis Hayes, aktivis lulusan Universitas Harvard untuk mengoordinasikan kegiatan tersebut.

Hasilnya, sekitar 20 juta orang tumpah ke jalan untuk meramaikan aksi tersebut, dan hingga kini menjadi salah satu peristiwa unjuk rasa dengan massa terbanyak sepanjang sejarah.

Atas peristiwa tersebut, Hari Bumi yang diperingati pada 22 April setiap tahunnya mulai diperingati masyarakat dunia sejak 1990, di mana saat ini, 192 negara turut ambil bagian dalam gerakan tersebut. Pemerintah Indonesia sendiri secara resmi telah memperingati Hari Bumi sejak 2009 sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan perlindungan alam.

(Jyg)