Oleh : Akhmad Sujadi
Uji Coba Tiket Elektronik 700 Ribu Tiket Hilang
Uji Coba Tiket Elektronik 700 Ribu Tiket Hilang
Akhmad Sujadi Pemerhati Transprotasi, Sosial dan Politik

Sebelum sistem tiket elektronik diluncurkan, manajemen sudah mempersiapkan kartu elektroniknya dengan berbagai gambar dan desain yang menarik.
Tujuannya, cuman satu untuk menarik minat penumpang.

“Awalnya memang niatnya untuk menarik minat pengguna KRL. Tetapi desain yang unik dan bagus, justru malah dikoleksi bukannya dikembalikan. Makanya tak heran dari 1,1 juta kartu elektronik yang disiapkan saat uji coba tiketing jumlahnya berkurang 700.000 tiket dalam kurun waktu 7 hari setelah pelaksanaan tiket elektronik secara serentak.”

Menurut manajemen KCJ, motivasi penumpang tidak mengembalikan tiket ada beberapa macam, diantaranya ingin menjadikan tiket sebagai souvenir karena bentuknya bagus. Hal ini bisa terjadi karena ada kelemahan sistem kontrol saat di pintu keluar.

Apalagi pada awalnya, masih ada toleransi penggunaan gate darurat ketika terjadi penumpukan penumpang di pintu keluar.

Pencetakan kartu dengan corak yang indah telah menjadi bumerang bagi perusahaan. Karena, desain yang bagus dimanfaatkan penumpang sebagai souvenir.

“Budaya tidak mengembalikan kartu elektronik yang berdesain bagus tidak hanya ditemui pada KRL, tetapi juga di hotel-hotel bintang lima.”

Pengalaman hilangnya 700.000 tiket menjadi pelajaran bagi perusahaan. Karena itu, untuk menjaga hilangnya kartu elektronik karena tidak dikembalikan oleh penumpang, salah satunya adalah tidak mengijinkan petugas keamanan untuk membuka pintu darurat. Jadi, meski ada antrian penumpang dipaksa untuk mengantri.

“Petugas penjaga gate jangan takut dan mengikuti perasaan lalu mengijinkan dengan membuka gate darurat untuk keluar, itu tidak benar, tidak mendidik untuk disiplin,”kata Pak Jonan ketika rapat evaluasi tiket KRL.

Terkait dengan penumpang kereta yang masih keluar dari stasiun melewati rel, atau jalan tikus yang belum ditutup secara permanen, manajemen menugaskan petugas keamanan untuk mencegahnya dan mengarahkannya kembali ke jalan keluar yang disediakan.

“Petugas harus tegas dan memberikan contoh untuk disiplin. Para pegawai yang menggunakan KRL, juga harus membeli tiket. Ini adalah aturan main yang tidak boleh dilanggar. Apabila tidak membeli tiket maka harus dikenai sanksi, karena sudah diberi tunjangan transportasi.”

Seperti diketahui, kartu elektronik yang diberlakukan di KRL, merupakan revolusi mental. Karena kebijakan ini selain mengubah budaya penumpang KRL, juga menjadi lompatan besar kemajuan bagi perusahaan transportasi publik ini.

“Mengubah budaya masyarakat pengguna KRL bukan pekerjaan mudah. Butuh kerja keras, dan effort dari semua pegawai PT. Kereta Api Indonesia.”


Pak Jonan Jadi Komut PT. KCJ

Karena tanggung jawab yang begitu besar, Jonan kemudian memilih menjadi Komisaris Utama PT. KCJ selain sebagai Dirut PT KAI. Ini sebagai bentuk tanggung jawab agar penerapan e-ticketing berjalan lancar.

Dengan menjadi Komut di PT. KCJ sejak 1 Juni 2013, semua permasalahan yang timbul akibat penertiban dan sterilisasi stasiun terselesaikan dengan baik.

(###)
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek Libatkan BUMN dan Swasta
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek Libatkan BUMN dan Swasta
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek, BSD Bangun Stasiun Jatake
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek, BSD Bangun Stasiun Jatake
Urgen Bappenas Segera Bentuk BLU Perlintasan Sebidang
Urgen Bappenas Segera Bentuk BLU Perlintasan Sebidang
Modernisasi Stasiun Jabodetabek Libatkan BUMN
Modernisasi Stasiun Jabodetabek Libatkan BUMN
Modernisasi Perkeretaapian Dukung Pengembangan Perumahan
Modernisasi Perkeretaapian Dukung Pengembangan Perumahan