Oleh : Akhmad Sujadi
History PT KAI Merevolusi Mental Penumpang KRL
History PT KAI Merevolusi Mental Penumpang KRL
Akhmad Sujadi Pemerhati Transprotasi, Sosial dan Politik

Budaya  penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) spontan berubah ketika PT. KCJ sebagai anak perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) – PT KAI yang mengelola operasional KRL, menerapkan e-ticketing (tiket elektronik yang meng-gunakan kartu yang dikeluarkan beberapa bank dan bisa diisi ulang), pada 1 Juli 2013.

Penerapan e-ticketing di 63 stasiun yang dilalui KRL, diresmikan oleh Menteri BUMN yang waktu itu masih dijabat Dahlan Iskan.

Sebelum pelaksanaan penggunaan e-ticketing, PT. KCJ membersihkan peron dari kios pedagang asongan, karena peron harus steril.

Selain itu, di 63 stasiun yang dilalui KRL, PT. KCJ juga sibuk memasang gate (pintu masuk) karena setiap penumpang yang akan masuk stasiun harus menempelkan kartu elektronik dengan saldo cukup miliknya pada gate.

“Tidak hanya kios yang ada di peron yang dibersihkan, tetapi juga kios yang ada di areal parkir. Totalnya sebanyak 7.000 kios yang dibersihkan hanya untuk mempersiapkan dimulainya  pelaksanaan  e-ticketing.”

Ditambahkan, program ini terlaksana setelah manajemen menjalin kerja sama dengan PT. Telkom (Persero), yang nota kesepahamannya diteken di Bandung, pada 16 April tahun 2010. Bentuk kerja samanya waktu itu adalah pelayanan teknologi informasi dan komunikasi perusahaan.

“Dalam hal ini, kami menggunakan software yang setara dengan yang digunakan di Bandara Changi, Singapura.”

E-Ticketing dan E-Gate yang pelaksanaannya merupakan sinergi antar BUMN ini, awalnya diimplementasikan di lebih dari 63 stasiun dari empat rute KRL, yaitu Jakarta-Bogor, Jakarta-Bekasi, Jakarta-Serpong-Maja dan Jakarta-Tangerang.

Telkom telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan aplikasi e-ticketing system sampai penyediaan e-payment system, sehingga dapat menghemat kertas.

Untuk diketahui, pelaksanaan penggunaan kartu elektronik sudah diuji coba selama tiga bulan mulai April-Juni 2013. Meski ada kendala dalam pelaksanaannya, namun semua itu bisa diatasi.

Embrio dari pelayanan tiket RTS diawali dengan penerapan TITAM (tiket terpadu antar moda) yang telah diterapkan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) bersama PT. PELNI (Persero) dan Perum Damri untuk memfasilitasi penumpang yang akan menggunakan jasa transportasi lebih dari satu moda, yaitu penumpang KA, bus DAMRI dan kapal laut.

Dengan TITAM, saat itu penumpang dapat menggunakan angkutan kereta api dari berbagai kota ke Jakarta, kemudian menggunakan Bus Damri dari Gambir atau Pasarsenen ke Pelabuhan Tanjung Priok dan naik Kapal PELNI, KM. Kelud dari Tanjung Priok ke Batam-Tanjung Balai Karimun dan Belawan cukup dengan satu tiket saja yang diterapkan pada April 2010.

Melalui penerapan tiket elektronik tersebut, KRL Jabodetabek dapat menerapkan harga tiket secara parsial, atau yang lebih dikenal dengan tarif progresif.

Penumpang jarak pendek tidak dirugikan dengan membayar lebih mahal. Berbeda dengan tiket kertas yang harganya sudah tercetak  sulit untuk penerapan tiket parsial.

Dengan penerapan tarif progresif, para pengguna KRL jarak dekat dapat naik kereta api dengan harga tiket termurah Rp 2.000 untuk lima stasiun. Nominalnya akan ditambah Rp 500 untuk stasiun berikutnya.

Pengguna KRL Disubsidi  Rp 220.000 per Bulan
Sejalan dengan penerapan tiket elektronik, pemerintah juga memberikan subsidi kepada penumpang KRL Jabodetabek, sehingga harga tiket KRL jatuhnya lebih murah ke penumpang KRL Ekonomi.

Bahkan bagi pengguna yang sebelumnya menggunakan KRL Ekspres ada saving Rp 220.000 perbulan.

Untuk diketahui, tiket elektronik bisa melayani penumpang sesuai dengan stasiun tujuan yang dikehendaki, di loket disediakan menu sesuai stasiun tujuan.“pada awal penerapan tiket , penumpang tinggal menyebut nama stasiun tujuan. Petugas akan memencet tombolnya sesuai permintaan. Dari dispenser akan keluar tiket plastik yang diinginkan.”

Sistem penjualan tiket KRL dibedakan dengan dua pelayanan. Single trip atau tiket satu perjalanan dan tiket multitrip atau tiket langganan yang dapat dipakai untuk lebih dari satu perjalanan.

Tiket single trip memerlukan stok yang banyak karena penumpang akan menggunakannya setiap satu kali perjalanan. Sedangkan sistem multi trip akan lebih hemat karena stok tiket dapat dipakai, disimpan, dibawa pulang para penumpang dan dapat dipakai untuk jangka waktu panjang.

Card dispenser merupakan alat yang dapat mengeluarkan tiket elektronik berbahan plastik untuk yang siap digunakan penumpang untuk naik KRL Jabodetabek. Card dispenser ini merupakan alat untuk memperkenalkan sistem tiketing penumpang KRL.

Meski penggunaan tiket elektronik tidak menimbulkan kendala berarti, namun manajemen tetap akan menambah layanan dengan menempatkan vending machine, atau mesin yang dapat mengeluarkan karcis plastik secara otomatis dan penumpang dapat melakukan transaksi tanpa bantuan petugas.

“Fungsi vending machine yang dipasang di stasiun-stasiun sebanyak 250 unit, fungsinya sama dengan mesin penjual minuman ringan. Begitu koin dimasukkan, maka mesin akan mengeluarkan botol yang diharapkan pembeli.” Modern bukan? ***

(###)
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek Libatkan BUMN dan Swasta
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek Libatkan BUMN dan Swasta
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek, BSD Bangun Stasiun Jatake
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek, BSD Bangun Stasiun Jatake
Urgen Bappenas Segera Bentuk BLU Perlintasan Sebidang
Urgen Bappenas Segera Bentuk BLU Perlintasan Sebidang
Modernisasi Stasiun Jabodetabek Libatkan BUMN
Modernisasi Stasiun Jabodetabek Libatkan BUMN
Modernisasi Perkeretaapian Dukung Pengembangan Perumahan
Modernisasi Perkeretaapian Dukung Pengembangan Perumahan