Jakarta, MERDEKANEWS - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso meyakini Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia masih normal alias aman. Saat ini, ULN 35% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Ini (angka ULN) masih jauh dari angka utang terhadap PDB di negara-negara di G20," kata Wimboh saat peringatan HUT ke-33 Kantor Akuntan publik dan konsultan RSM Indonesia di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin (4/3/2018).
Wimboh menjelaskan, dibanding negara-negara anggota G20, kondisi ULN Indonesia masih tergolong sehat. Semisal China dan Turki, porsi ULN keduanya lebih parah lagi. "Jadi kita tidak masalah dengan ULN, masih banyak room (ruang), tidak usah khawatir kalau dana dari luar masuk," kata Wimboh.
Saat ini, lanjut pria asal Boyolali ini, jumlah cadangan devisa (cadev) tembus US$130 miliar. Angka ini terbesar sepanjang sejarah. Sehingga soal utang luar negeri tak perlu dikhawatirkan karena bisa direduksi. "US$130 miliar cadangan devisa kita bisa biaya impor selama 8 bulan. Ini luar biasa. Itu juga cukup untuk pembiayaan bunga kalau ada utang luar negeri," katanya.
Dalam laporan Bank Indonesia (BI) mencatatkan, ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2017 tercatat US$352,2 miliar atau tumbuh 10,1% (yoy). Mengacu kurs Rupiah Rp13.500 per US$, maka utang luar negeri Indonesia Rp4.752 triliun.
(setyaki purnomo)