Jakarta, MERDEKANEWS -- Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Subhan Cholid berpesan kepada para jemaah haji untuk membawa barang bawaan seperlunya dan dibutuhkan selama beribadah haji.
Ia mengimbau jemaah agar tidak membawa barang bawaan yang dilarang. Menurutnya, ada dua kategori barang yang dilarang oleh pemerintah Arab Saudi.
Pertama, barang yang secara materi memang dilarang. Misalnya, jimat atau rajah.
"Masalah jimat atau rajah perlu mendapat perhatian dari jemaah. Sebab, itu benar-benar dilarang pemerintah Saudi, dan bahkan masuk dalam pasal sihir. Hukumannya berat," kata Subhan dalam keterangan pers yang dikutip pada Rabu.
Kedua, barang yang secara materi tidak dilarang tapi secara jumlah dilarang. Misal, rokok, obat kuat, jamu, dan lainnya. "Kalau jumlahnya terlalu banyak, ini juga dilarang. Bisa disita. Bawa barang secukupnya saja," ujar Subhan.
Terakhir, Subhan menegaskan bahwa Menag Yaqut Cholil Qoumas sudah mencanangkan Haji Ramah Lansia. Dijelaskan Subhan, haji adalah ibadah fisik.
Karenanya, lanjut dia, secara praktik sebenarnya tidak ramah lansia. "Karena, salah satu syarat haji adalah istitha'ah, termasuk kemampuan fisik," ucapnya.
Lebih jauh Subhan mencontohkan, saat berhaji, jemaah harus menjalani tawaf dan sai. Ini sangat butuh kemampuan fisik. Prosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Jarak tempuhnya cukup jauh. Ini juga membutuhkan fisik yang kuat.
Di Makkah, jarak hotel ke Masjidil Haram berkisar 850 meter hingga 4,5 km. Ada sarana transportasi yang mengantar jemaah ke terminal terdekat. Namun, dari terminal ke Masjidil Haram juga harus jalan.
"Dengan kondisi ini, maka petugas dan stakeholders penyelenggara haji harus punya komitmen dan empati yang sama dalam memberikan layanan terbaik ke jemaah, termasuk jemaah lansia yang jumlahnya mencapai 67ribu. Ini harus menjadi tanggung jawab kita bersama," tuturnya.
"Tunjukkan keramahan petugas. Tidak boleh ada keluhan jemaah terkait perilaku petugas. Setiap keluhan jemaah yang berkenaan dengan layanan harus dijawab secara ramah," tandasnya.
Sebelumnya, jemaah haji Indonesia gelombang pertama untuk embarkasi Jakarta mendarat di Madinah, Arab Saudi pada Rabu (24/5/2023).
Kedatangan 390 jemaah haji ini turut disambut oleh Wakil Menteri Haji dan Umrah bidang Ziarah asal Arab Saudi, Abdurrahman Bejawi.
Abdurrahman Bejawi mengucapkan selamat datang kepada jemaah haji Indonesia yang tiba. Hal itu disampaikannya saat menyambut jemaah haji Indonesia di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) yang tiba di Kota Nabawi tersebut pada sekitar pukul 06.30 waktu Arab Saudi.
Ia juga menyampaikan, jemaah haji kelompok terbang (kloter) pertama ini mendarat di Terminal Fast Track yang menjadi salah satu layanan dari Raja Arab Saudi.
Tujuannya, kata Abdurrahman Bejawi, perjalanan jemaah haji di Madinah berjalan lancar dan lebih cepat. "Target kami dari layanan fast track ini adalah memberikan kenyamanan dalam perjalanan bagi jemaah haji. Ini merupakan bagian dari pelayanan Arab Saudi bagi jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia," katanya.