Jakarta, MERDEKANEWS - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan kantor pemeliharaan dan penataan kawasan di kaki Jembatan Merah Putih, Kota Ambon yang diresmikan pada Januari 2018. Melalui kantor tersebut, monitoring terus dilakukan terhadap kondisi jembatan menggunakan Structural Health Monitoring System (SHMS) melalui layar besar (display wall). Sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan ataupun perbaikan jika terjadi kerusakan atau hal lain yang mengancam keamanan jembatan.
Jembatan Merah Putih sepanjang 1.140 meter diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2016, menjadi jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur. Jembatan ini menghubungkan sisi utara Kota Ambon, tepatnya Desa Rumah Tiga (Kecamatan Sirimau) dan Desa Hative Kecil (Kecamatan Teluk Ambon) pada sisi selatan.
Sebelum ada Jembatan Merah Putih, jarak dari Bandara Intenasional Pattimura ke Kota Ambon (sekitar 35 kilometer) harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal penyeberangan (ferry) dengan waktu tempuh 20 menit, belum termasuk waktu antre.
Direktur Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Arie Setiadi Moerwanto mengatakan sensor-sensor yang terpasang diantaranya sensor pengukur gaya kabel yaitu sensor electro magnetik, sensor pengukur kecepatan dan arah angin, sensor kemiringan pylon, sensor pengukur getaran dan frekuensinstruktur, sensor pengukur getaran gempa, dan sensor pengukur ambient temperature.
Pembangunan kantor pemeliharaan ini bertujuan untuk menunjang terselenggaranya pemantauan dan monitoring kondisi struktural JMP. Biaya pembangunannya senilai Rp 29,5 Milyar yang dibagi menjadi dua area, yaitu gedung pemeliharaan JMP seluas 2.513 m2 dan ruang terbuka seluas 5.925 m2 dengan dilengkapi air mancur, serta 4 lapangan olahraga Gateball.
Selain itu, juga disiagakan satu buah truk _mobile bridge inspection unit_. Truk ini dilengkapi dengan lengan ayun yang mampu mengangkut personil melihat bagian bawah JMP sehingga memudahkan aktivitas preservasi jembatan.
Menurut Arie, adanya kantor pemeliharaan ini merupakan suatu langkah maju karena pemerintah tidak hanya bisa membangun namun juga mampu melakukan pemeliharaan.
"Saya minta agar selalu dipelihara karena makin tinggi teknologi, semakin sensitif dan perlu dipelihara dengan baik,” kata Arie. Gedung ini juga akan dijadikan tempat pembelajaran bagi para profesional maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui profil Jembatan Merah Putih.
Dirjen Bina Marga Arie Setiadi juga telah menyampaikan kepada Pemerintah Daerah untuk mengembangkan kawasan jembatan sebagai tempat wisata.
"Jembatan harus bisa menjadi ikon sebuah kota. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Kita pun akan lakukan hal yang sama dengan menata arsitektur dan lansekap di sekitar Jembatan Holtekamp di Papua dan Jembatan Tayan di Kalimantan,” pungkasnya.