Jalan Warung Buncit dan Mampang Diganti, Ini Seruan Bamus Betawi
Jalan Warung Buncit dan Mampang Diganti, Ini Seruan Bamus Betawi
Ketua Umum Bamus Betawi Zainuddin

Jakarta, MERDEKANEWS - Berdirinya Jakarta tidak lepas dari peran serta warga Betawi. Jadi, kultur Betawi harus dijaga dan dilestarikan agar simbol dan kebudayaan lokal bisa tetap terjaga.

Hal ini ditegaskan Ketua Umum Bamus Betawi Zainuddin dalam siaran pers yang dikirim ke redaksi. Kata dia, pergantian nama Jalan Warung Buncit dan Mampang Prapatan menjadi Jalan Jenderal Besar AH Nasution baru sebatas wacana adalah bukti kalau Anies Baswedan masih hormat dengan keutuhan budaya lokal.

"Itu menunjukkan gubernur hormat dengan warga Betawi. Apalagi beliau juga menyatakan akan melibatkan tokoh Betawi, budayawan dan sejarahwan untuk mengkaji dan meminta tanggapan soal perubahan nama jalan tersebut," terangnya, Rabu malam (31/1/2018).

Anggota DPRD DKI Jakarta yang ngetren disapa Haji Oding ini menyatakan, sebagai Ketua Umum Bamus Betawi dirinya menghimbau kepada gubernur agar tidak asal atau mudah merubah dan mengganti hal-hal yang bersentuhan dengan kultur budaya.

"Kita harus saling menjaga identitas budaya Betawi yang telah tertanam selama ini. Karena budaya dan kultur Betawi melakat erat dengan Jakarta," terang pengurus DPP Partai Golkar ini.

Simbol Sejarah Betawi

Wajar jika Bamus Betawi meminta kepada semua pihak agar menjaga ikon dan kultur Betawi di Jakarta. Sebab rencana perubahan nama kawasan Warung Buncit dan Mampang Prapatan adalah bagian dari simbol sejarah Betawi.

Hampir semua daerah di Indonesia hingga kota besar di dunia tetap mempertahankan ikon, kultur dan budaya Betawi. "Inilah yang harus dipertahankan. Kultur dan budaya itu tidak boleh hilang dan harus dipertahankan," ungkap Haji Oding, Ketua Umum Bamus Betawi.

Tidak lama lagi, penduduk dan pendatang di Jakarta tidak akan menemukan Jalan Mampang dan Buncit Raya. Jalan sepanjang 7 km di Jakarta Selatan, yang menghubungkan kawasan Kuningan dan Ragunan, yang identik dengan kemacetan akan diganti menjadi Jalan Jendral Besar A.H. Nasution.

Dilihat dari sejarahnya, kawasan Mampang sejak lama sudah dikenal sebagai perempatan yang ramai. Lantas, kenapa daerah itu dinamakan Mampang Prapatan?

Zaenuddin HM (ZHM) menjelaskan dalam buku karyanya berjudul 212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe, yang diterbitkan Ufuk Press pada 2012, setebal 377 halaman. ZHM adalah putra Betawi yang kini menjabat sebagai pendiri koran harian TheJak (Nonstop).

Dijelaskan ZHM bahwa kata Mampang Prapatan diduga berasal dari dua suku kata yakni “mampang” yang maksudnya terpampang sehingga terlihat jelas, dan kata “prapatan” alias perempatan jalan. Maksudnya kawasan tersebut adalah persimpangan empat jalan yang sangat mudah dilihat dengan jelas, terutama bagi para pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor yang melintasi kawasan itu.

Mampang Prapatan tidak bisa dipisahkan dari sejarah Batavia pada abad ke-19 yang merupakan cikal bakal kota Jakarta. Terutama karena wilayah ini merupakan pusat niaga hasil pertanian di kawasan selatan.

Sementara Warung Buncit merupakan kawasan tidak jauh dari Mampang Prapatan dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menurut sejarah, dahulu kawasan itu berupa daerah pertanian yang mayoritas penduduknya etnis Betawi, dan disebut Warung Buncit karena bermula dari sebuah warung.

Di kawasan itu terdapat warung, bahkan satu-satunya warung yang menjual segala kebutuhan rumah tangga mulai dari kebutuhan pangan, minyak lampu, alat pertanian, hingga alat perkakas pertukangan. Letak warung tersebut dulu bernama Pulo Kalibata, sekarang lokasinya kira-kira di perempatan bertemunya Jalan Duren Tiga dengan Jalan Warung Buncit dan Jalan Mampang.

Dalam buku yang sama, ZHM mengungkapkan pemilik warung itu bernama Koh Boen Tjit, seorang pendatang keturunan Tionghoa yang menikah dengan perempuan Betawi dan memeluk agama Islam. Usaha warung Buncit menjadi berkembang pesat dan semakin lama orang menyebutnya warung milik Buncit.

Sementara Achmad Ruchiat, dalam bukunya Asal Usul Nama Tempat di Jakarta memperkirakan lokasi Warnng Buncit itu awalnya di sekitar belokan menuju kawasan Kemang, tepatnya di lokasi berdirinya Restoran Cepat Saji KFC di kawasan Mampang Raya.

Masih Dikaji

Pemprov DKI Jakarta memastikan kalau wacana penggantian nama sejumlah ruas jalan menjadi Jalan AH Nasution masih sebatas rencana. Perubahan nama tersebut merupakan usulan dari Ikatan Keluarga Nasution (Ikanas) dan masih belum diputuskan secara resmi oleh pemprov.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memang mendapatkan usulan penggantian nama jalan tersebut. Namun dipastikan kalau saat ini statusnya masih belum final. Bahkan baru pada tahap pengkajian awal. “Masih dikaji semua,” ujarnya, Rabu (31/1/2018).

Awalnya, Ikanas mengusulkan perubahan nama jalan dari perempatan Gatot Subroto melintasi Jalan Mampang Raya, Jalan Buncit Raya, hingga berbatasan dengan Jalan TB Simatupang. Usulan itu diterima oleh wali kota, lalu kemudian dikaji oleh bersama dengan badan pertimbangan.

Badan pertimbangan itu sendiri berisi Asisten Pembangunan, Asisten Pemerintahan, Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup, dinas lainnya dan wali kota.

Lalu kemudian, pada 18 Januari 2018, Wali Kota Jakarta Selatan mengeluarkan Instruksi Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kajian dan Sosialisasi Perubahan Nama Jalan. Surat itu menginstruksikan kepada camat dan lurah untuk mengkaji rencana tersebut.

Saat ini prosesnya masih untuk meminta masukan, tanggapan, dan saran terhadap usulan perubahan nama jalan tersebut. “Termasuk mengundang RT dan RW setempat,” terangnya.

Anies memastikan, saat ini hingga 30 hari ke depan, adalah proses pengkajian. Bukan sosialisasi perubahan nama jalan. “Perubahan itu juga belum pasti disetujui,” ujarnya.

Tak hanya itu, dia juga berencana untuk merevisi Keputusan Gubernur Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pedoman Penetapan Nama Jalan, Taman, dan Bangunan Umum di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Menurut Gubernur Anies, penggantian atau pembuatan nama jalan harus melibatkan partisipasi masyarakat. “Harusnya juga mendengar budayawan, sejarawan, tokoh masyarakat, dan ahli tata kota,” ungkapnya.

 

 

 

(Sam Hamdan)
Anies Baswedan Berpeluang Besar jadi Gubernur Indonesia November Mendatang
Anies Baswedan Berpeluang Besar jadi Gubernur Indonesia November Mendatang
Sah Jadi Presiden, Prabowo: Mas Anies Senyuman Anda Berat Sekali
Sah Jadi Presiden, Prabowo: Mas Anies Senyuman Anda Berat Sekali
Jokowi Minta Semua Bersatu Usai Putusan MK: Dukung Proses Transisi Pemerintahan Baru
Jokowi Minta Semua Bersatu Usai Putusan MK: Dukung Proses Transisi Pemerintahan Baru
Presiden Jokowi Soal Putusan MK: yang Paling Penting Tuduhan Politisasi Bansos Tidak Terbukti
Presiden Jokowi Soal Putusan MK: yang Paling Penting Tuduhan Politisasi Bansos Tidak Terbukti
Jangan Pasang Ekspektasi Terlalu Tinggi, MK Diyakini Tidak Berani Diskualifikasi Gibran
Jangan Pasang Ekspektasi Terlalu Tinggi, MK Diyakini Tidak Berani Diskualifikasi Gibran